Contoh
Laporan
- LAPORAN LABA RUGI -
per 31 Desember
Pendapatan dari
penjualan Rp. 99.980.000
Harga Pokok
Penjualan Rp. 25.000.000
---------- (-)
Laba Kotor
74.980.000
Biaya Operasional:
- Biaya Pemasaran Rp. 5.000.000
- Biaya Administrasi
& Umum Rp. 1.250.000
---------- (+)
6.250.000
---------- (-)
Laba Usaha Rp. 68.740.000
Pendapatan
Lain-lain Rp. 125.000
----------
(+)
Laba sebelum Bunga
dan Pajak Rp. 68.865.000
Bunga Rp. 199.000
---------- (+)
Laba sebelum
Pajak Rp. 69.064.000
Pajak Rp. 1.275.000
---------- (-)
Laba Bersih Rp. 67.789.000
==========
Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan
keuangan yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh para manajer, pengambil
kebijakan, dan pihak berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham, k,
Contoh kolom neraca saldo
laporan Laba –
Rugi (Income Statement/Operating Statement/Profit and Lost Statement)
adalah suatu daftar yang berisikan ringkasan hasil – hasil dan biaya – biaya
suatu perusahaan serta pengaruh nya terhadap modal perusahaan dalam periode
tertentu. Isi laporan Laba – Rugi terdiri dari dua bagian, yaitu keseluruhan
pendapatan dan biaya perusahaan. B. BENTUK LAPORAN PERUBAHAN MODAL
Rumus
: (jika saldo Laba)
Modal
Akhir
= Modal Awal + (Laba
bersih - Prive)
Rumus
: (jika saldo Rugi)
Modal
Akhir
= Modal Awal – (Rugi
bersih + Prive)
(PERUSAHAAN
PERSEORANGAN DAN PERSEKUTUAN) Rumus : (jika saldo Laba)
Laba
Tidak Dibagi (akhir) = Laba Tidak dibagi (Awal) + (Laba Bersih 1bulan + Dividen
yg diumumkan)
Rumus
: (jika saldo Rugi)
Laba
Tidak Dibagi (akhir) = Laba Tidak Dibagi (Awal) + Rugi bersih 1bulan
Syarat
pembayaran barang(akuntansi dagang)
Dalam perjanjian jual beli
barang dagangan terdapat beberapa syarat pembayaran, antara lain sebagai
berikut :
a. Tunai atau kontan
artinya pembayaran
dilakukan saat terjadi transaksi, baik secara langsung (dengan uang tunai)
maupun pembayaran dengan cek atau giro bilyet.
b. n/30 (n adalah
singkatan dari netto)
artinya pembayaran
dilakukan paling lambat 30 hari setelah terjadinya transaksi.
c. n/EOM (End
of Month)
artinya pembayaran
dilakukan paling lambat akhir bulan.
d. n/10 EOM
artinya pembayaran
dilakukan paling lambat 10 hari setelah akhir bulan.
e. 2/10, n/30
artinya bila pembayaran
dilakukan dalam waktu kurang atau sama dengan 10 hari setelah tanggal
transaksi, terdapat potongan 2%, jangka waktu kredit 30 hari.
Akun (perkiraan): kumpulan catatan atas
transaksi sejenis
(media untuk pengelompokkan transaksi
Buku Besar: kumpulan dari akun‐akun
yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan tersendiri
* Transaksi
yang dicatat dalam jurnal umum antara lain sebagai berikut.
a. Transaksi lain yang
tidak dapat dicatat dalam jurnal khusus, misalnya: retur pembelian kredit,retur penjualan kredit, perubahan
utang atau piutang menjadi wesel, dan lain-lain.
b. Ayat jurnal penyesuaian
(adjustment entry)
c. Ayat jurnal koreksi (correcting entry)
d. Ayat jurnal penutup (closing entry)
e. Ayat jurnal pembalikan (reversing entry)
Piutang timbul apabila
perusahaan (atau seseorang) menjual barang atau jasa kepada perusahaan lain
(atau orang lain) secara kreditPiutang timbul apabila perusahaan (atau
seseorang) menjual barang atau jasa kepada perusahaan lain (atau orang lain)
secara kredit
1 .
Salinan pertama berwarna putih
yang diserahkan kepada pembeli
2 .
Salinan kedua disimpan penjual
setelah ditandatangani pembeli dan akan dijadikan lampiran kuitansi saat
penagihan dikemudian hari
- Lembar
ketiga dibiarkan melekat pada buku faktur yang oleh penjual disebut
"copy faktur penjualan"
Ciri-ciri terpenting dalam sistem
perpetual pada perjurnlahan adalah :
a. Pembelian barang dagangan dicatat dengan mendebet rekening persediaan
b. Harga pokok penjualan dihitung untuk tiap transaksi penjualan dan dicatat
dengan mendebet rekening HPP pada persediaan.
c. Persediaan merupakan rekening kontrol dan dilengkapi dengan buku pembantu
persediaan yang berisi catatan untuk setiap jenis persediaan. Buku pembantu
persediaan menunjukkan keuantitas dan harga perolehan untuk setiap jenis barang
yang ada dalam persediaan.
3 jenis perusahaan beserta
persediaannya:
- Perusahaan Jasa (misal:
konsultan, agen, broker, dll) – Tidak memiliki persediaan
- Perusahaan Dagang (misal: toko,
mini market, dll) – Persediaannya berupa barang jadi
- Perusahaan Manufaktur (misal:
pabrik gula, pabrik pakaian jadi, dll) – Persediaannya berupa: (a) bahan
baku; (b) bahan penolong; (c) barang dalam proses; dan (d) barang jadi.
Metode Persediaan
1. Sistem Periodik
Dalam pencatatan sistem
fisik, nilai persediaan barang akhir periode diketahui setelah kuantitas barang
yang tersedia dihitung secara fisik kemudian dikalikan dengan harga satuan.
Harga satuan barang yang digunakan sebagai dasar penilaian persediaan
bergantung kepada metode penilaian yang digunakan. Metode yang digunakan dalam
sistem periodik antara lain:
a. Metode
tanda pengenalan khusus
Metode
ini biasanya digunakan untuk perusahaan yang spesifik dan spesial yang menjual
jenis barang sedikit dan harga mahal (Berlian, Mobil termewah). Setiap barang
yang masuk diberi tanda pengenal khusus yang menunjukkan harga satuan sesuai
dengan faktur pembelian yang diterima.
Contoh: Terdapat
persediaan akhir barang AB sebanyak 7500 kg yang terdiri atas 75 karung @
100kg. Tanda pengenal khusus:
40 Karung tanda pengenal khusus Rp 2.800.000
30 Karung tanda pengenal khusus Rp 2.600.000
5 Karung tanda pengenal khusus Rp 2.400.0000
40 x Rp 2.800.000 = Rp
112.000.000
30 x Rp 2.600.000 = Rp 78.000.000
5 x Rp 2.400.000 =
Rp 12.000.000
Total persediaan akhir Rp
202.000.000
b. Metode
Rata-Rata
Cara
penghitungan metode ini adalah dengan menghitung rata-rata dari harga beli
dengan jumlah yang dibeli selama periode tertentu.
Contoh:
Selama
suatu periode PT. X membeli barang dagang Rp 98.000.000 sebanyak 40.000 unit.
Pada akhir periode, sisa barang dagang tersebut sebanyak 7.500 unit.
Harga rata-rata = = Rp 2.460
Sehingga, nilai persediaan pada akhir periode yaitu 7.500 unit x
Rp 2.460 Yaitu Rp 18.450.000
c. Metode FIFO
Menurut
metode FIFO (First In Frist Out) atau
MPKP (Masuk Pertama Keluar Pertama), barang yang lebih dulu masuk dianggap
barang yang lebih dulu keluar. Tetapi hal ini tidak pada keadaan sebenarnya,
anggapan tersebut hanya digunakan untuk perhitungan (penggunaan bukti
transaksi). Ketika masuk pertama keluar pertama, berati dapat disimpulkan bahwa
persediaan akhir terdiri dari pembelian
pada saat-saat terakhir.
Contoh: pembelian selama bulan maret
Maret 1 Persediaan 6000 unit @ 2000 = Rp 12.000.000,-
5 pembelian 6000
unit @ 2200 = Rp 13.200.000,-
10 pembelian 5000 unit @ 2400 = Rp 12.000.000,-
15 pembelian 8000 unit @ 2600 = Rp 20.800.000,-
20 pembelian 4000 unit @ 2700 = Rp 10.800.000,-
26 pembelian 6000 unit @ 2600 = Rp 15.600.000,-
30 pembelian 5000 unit @2.800 = Rp 14.000.000,-
Barang yang tersedia
dijual bulan maret 40.000 unit Rp 98.400.000,-
Dari data tersebut diketahui persediaan akhir digudang sebanyak
7.500 unit.
Sehingga perhitungan menggunakan FIFO:
Maret 30 5000 x 2.800 = Rp 14.000.000,-
26 2.500 x 2.600 = Rp 6.500.000,-
Total Rp
20.500.000,-
d. Metode LIFO
Menurut
metode LIFO (Last In First Out) atau
MTKP (Masuk Terakhir Keluar Pertama), barang yang terakhir masuk dianggap
barang yang lebih dulu keluar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai persediaan akhir merupakan nilai pada
pembelian awal.
Contoh (Menggunakan data FIFO)
Persediaan akhir menurut metode LIFO dihitung:
Maret 1 6000 x 2.000 = Rp 12.000.000,-
5 1500 x 2.200 = Rp
3.300.000,-
Total
Rp 15.300.000,-
e. Metode Persediaan Dasar
Adakalanya
perusahaan menetapkan jumlah minimum persediaan yang harus ada setiap saat,
baik mengenai kuantitas maupun harga satuan, atau sering disebut dengan
persediaan dasar (Basic Stock).
Menurut metode ini, nilai persediaan barang akhir periode dihitung :
i. Apabila
kuantitas lebih banyak dari kuantitas sediaan dasar, nilai persediaan adalah
nilai dasar ditambah dengan harga pasar kelebihannya.
ii. Apabila
kuantitas lebih rendah dari kuantitas sediaan dasar, nilai persediaan adalah
nilai dasar dikurangi dengan harga pasar kekurangannya.
Contoh:
Persediaan
dasar barang ABC ditentukan sebanya 6.000 kg dengan harga Rp 2.200,00 tiap
kg. Harga pasar barang pada saat
perhitungan adalah Rp 2.800,00Persediaan pada 31 Mei sebanyak 7.500 kg dinilai
:
Sediaan
dasar 6000 x 2.200 13.200.000
Ditambah
kelebihannya
1500
x 2.800 4.200.000
Jumlah 17.400.000
Sistem Perpetual
Dalam sistem perpetual ini berbeda dengan sistem periodik.
Pencatatan persediaan pada sistem ini dilakukan setiap terjadi transaksi, jadi
penilaian persediaan pada sistem ini bukan mencari persediaan akhir seperti
halnya sistem periodik. Dalam hal sistem perpetual penilaian ini digunakan
untuk mencari total persediaan yang keluar sesuai harga beli atau disebut
dengan harga pokok penjualan. Biasanya untuk memudahkan, perhitungan HPP ini
dilakukan dengan pembuatan Kartu Persediaan.
Contoh
:
Mei
1 Persediaan
120 unit @ 54.000 = Rp 6.480.000,-
5 Pembelian 180
unit @ 60.000 = Rp
10.800.000,-
10 Penjualan 200
unit
16 pembelian 200
unit @ 63.000 = Rp
12.600.000,-
20 Pembelian 120
unit @ 64.000 = Rp 7.680.000,-
26 Penjualan 280
unit
a. Metode FIFO
Menurut
metode ini harga pokok barang yang dijual dihitung dengan anggapan bahwa barang
yang pertama kali masuk dijual terlebih dulu. kekurangan diambil dari barang
masuk berikutnya, begitu seterusnya.
Sehingga
menurut metode FIFO harga pokok penjualan yaitu:
·
Mei 10 Penjualan 200 unit
Dihitung
dari :
Mei 1 120
x 54.000 = 6.480.000
5 80 x 60.000 = 4.800.000
Jumlah Rp 11.280.000
·
Mei 26 Penjualan
280
Dihitung
dari:
Mei
5 100
x 60.000 = 6.000.000
16 180 x 63.000 = 11.340.000
Jumlah Rp 17.340.000
Sehingga
HPP selama bulan Mei 2004 menurut metode FIFO:
HPP
Mei 10 Rp 11.280.000
HPP
Mei 26 Rp 17.340.000
Total
HPP Rp 28.620.000
Perhitungan
Persediaan metode FIFO menggunakan Kartu
Persediaan
PT. ABC
|
KARTU PERSEDIAAN
|
Jenis Barang : XX
Satuan : Unit
Metode : FIFO
|
|
|
Masuk
|
Keluar
|
Saldo
|
Tgl
|
No. Bkt
|
Unit
|
HP
(Rp)
|
Jumlah
|
Unit
|
HP
(Rp)
|
Jumlah
|
Unit
|
HP
(Rp)
|
Jumlah
|
2004
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Mei.1
|
Sld
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
120
|
54.000
|
6.480.000
|
5
|
|
180
|
60.000
|
10.800.000
|
-
|
-
|
-
|
120
|
54.000
|
6480.000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
180
|
60.000
|
10.800.000
|
10
|
|
-
|
-
|
-
|
120
|
54.000
|
6.480.000
|
|
|
|
|
|
-
|
-
|
-
|
80
|
60.000
|
4.800.000
|
100
|
60.000
|
6.000.000
|
16
|
|
200
|
63.000
|
12.600.000
|
-
|
-
|
-
|
100
|
60.000
|
6.000.000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
200
|
63.000
|
12.600.000
|
20
|
|
120
|
64.000
|
7.680.000
|
-
|
-
|
-
|
100
|
60.000
|
6.000.000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
200
|
63.000
|
12.600.000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
120
|
64.000
|
7.680.000
|
26
|
|
-
|
-
|
-
|
100
|
60.000
|
6.000.000
|
20
|
63.000
|
1.260.000
|
|
|
|
|
|
180
|
63.000
|
11.340.000
|
120
|
64.000
|
7.680.000
|
31
|
Sld
|
500
|
-
|
31.080.000
|
480
|
-
|
28.620.000
|
140
|
-
|
8.940.000
|
Dari
data di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa:
Persediaan
awal periode 120
unit Rp 6.480.000,00
Total
Pembelian selama bulan mei 500
unit Rp 31.080.000,00
Total Barang Tersedia untuk dijual 620 unit Rp 37.560.000,00
Total
HPP selama bulan mei (480 unit) (Rp 28.620.000,00)
Saldo Persediaan akhir periode 140 unit Rp 8.940.000,00
b. Metode LIFO
Menurut
metode LIFO (MTKP), harga pokok barang yang dijual dihitung dengan anggapan
bahwa barang yang terakhir masuk adalah barang yang dijual lebih dulu.
kekurangannya diambil dari barang yang masuk sebelumnya, begitu seterusnya.
Sehingga dari contoh diatas, dapat kita hitung HPP menurut metode LIFO :
Mei
10 Penjualan 200 unit
Dihitung
dari :
Mei 5 180
x 60.000 = Rp.10.800.000
1 20 x 54.000 = Rp.1.080.000
Jumlah Rp 11.880.000
Mei 26 Penjualan 280
Dihitung
dari:
Mei 20 120
x 64.000 = 7.680.000
16 160 x 63.000 = 10.080.000
Jumlah 17.760.000
Sehingga
HPP selama bulan Mei 2004 menurut metode FIFO:
HPP
Mei 10 Rp 11.880.000
HPP
Mei 26 Rp 17.760.000
Total
HPP Rp. 29.640.000
Perhitungan
Persediaan metode FIFO menggunakan Kartu
Persediaan
PT. ABC
|
KARTU PERSEDIAAN
|
Jenis Barang : XX
Satuan : Unit
Metode : LIFO
|
|
|
Masuk
|
Keluar
|
Saldo
|
Tgl
|
No. Bkt
|
Unit
|
HP
(Rp)
|
Jumlah
|
Unit
|
HP
(Rp)
|
Jumlah
|
Unit
|
HP
(Rp)
|
Jumlah
|
2004
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Mei.1
|
Sld
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
120
|
54.000
|
6.480.000
|
5
|
|
180
|
60.000
|
10.800.000
|
-
|
-
|
-
|
120
|
54.000
|
6480.000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
180
|
60.000
|
10.800.000
|
10
|
|
-
|
-
|
-
|
180
|
60.000
|
10.840.000
|
|
|
|
|
|
-
|
-
|
-
|
20
|
54.000
|
1.080.000
|
100
|
54.000
|
5.400.000
|
16
|
|
200
|
63.000
|
12.600.000
|
-
|
-
|
-
|
100
|
54.000
|
5.400.000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
200
|
63.000
|
12.600.000
|
20
|
|
120
|
64.000
|
7.680.000
|
-
|
-
|
-
|
100
|
54.000
|
5.400.000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
200
|
63.000
|
12.600.000
|
|
|
|
|
|
|
|
|
120
|
64.000
|
7.680.000
|
26
|
|
-
|
-
|
-
|
120
|
64.000
|
7.680.000
|
100
|
54.000
|
5.400.000
|
|
|
|
|
|
160
|
63.000
|
10.080.000
|
40
|
63.000
|
2.520.000
|
31
|
Sld
|
500
|
-
|
31.080.000
|
480
|
-
|
29.640.000
|
140
|
-
|
7.920.000
|
Dari data di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa:
Persediaan awal periode 120
unit Rp 6.480.000,00
Total Pembelian selama bulan mei 500 unit Rp
31.080.000,00
Total Barang Tersedia untuk dijual 620 unit Rp
37.560.000,00
Total HPP selama bulan mei (480 unit) (Rp 29.640.000,00)
Saldo Persediaan akhir periode 140 unit Rp 7.920.000,00
c. Metode Rata-Rata
Penerapan
metode rata-rata dalam sistem pencatatan perpetual, disebut metode rata-rata
bergerak (Moving Average Method).
Disebut demikian, karena tiap terjadi transaksi pembelian, harga rata-rata per
satuan barang harus dihitung, sehingga rata-rata per satuan akan berubah-ubah.
Harga pokok satuan barang yang dijual adalah harga pokok rata-rata yang berlaku
pada saat terjadi transaksi penjualan.
Sehingga
menurut metode FIFO harga pokok penjualan yaitu:
·
Mei 10 Penjualan 200 unit
Dihitung
dengan mencari harga pokok rata-rata terlebih dahulu:
Sediaan
1 Mei 120 x 54.000 =
6.480.000
Pembelian 5 Mei 180
x 60.000 = 10.800.000
Jumlah 300 unit 17.280.000
HP
rata-rata/unit = = Rp 57.600
Jadi,
Penjualan 200 unit adalah 200 x 57.600 = Rp 11.520.000
·
HP Rata-rata 16 Mei menjadi:
=
Rp 61.200
Begitu
selanjutnya, perhitungan HP rata-rata dilakukan setiap terjadi pembelian.
Perhitungan
Persediaan metode rata-rata (Average) menggunakan Kartu Persediaan
PT. ABC
|
KARTU PERSEDIAAN
|
Jenis Barang : XX
Satuan : Unit
Metode : Average
|
|
|
Masuk
|
Keluar
|
Saldo
|
Tgl
|
No. Bkt
|
Unit
|
HP
(Rp)
|
Jumlah
|
Unit
|
HP
(Rp)
|
Jumlah
|
Unit
|
HP
(Rp)
|
Jumlah
|
2004
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Mei.1
|
Sld
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
120
|
54.000
|
6.480.000
|
5
|
|
180
|
60.000
|
10.800.000
|
-
|
-
|
-
|
300
|
57.600
|
17.280.000
|
10
|
|
-
|
-
|
-
|
200
|
57.600
|
11.520.000
|
100
|
57.600
|
5.760.000
|
16
|
|
200
|
63.000
|
12.600.000
|
-
|
-
|
-
|
300
|
61.200
|
18.360.000
|
20
|
|
120
|
64.000
|
7.680.000
|
-
|
-
|
-
|
420
|
62.000
|
26.040.000
|
26
|
|
-
|
-
|
-
|
280
|
62.00
|
17.360.000
|
140
|
62.000
|
8.680.000
|
31
|
sld
|
500
|
-
|
31.080.000
|
480
|
-
|
28.880.000
|
140
|
62.000
|
8.680.000
|
Dari
data di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa:
Persediaan
awal periode 120
unit Rp 6.480.000,00
Total
Pembelian selama bulan mei 500
unit Rp 31.080.000,00
Total Barang Tersedia untuk dijual 620 unit Rp 37.560.000,00
Total
HPP selama bulan mei (480 unit) (Rp 28.880.000,00)
Saldo Persediaan akhir periode 140 unit Rp 8.680.000,00